![]() |
https://islam.nu.or.id/ |
Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah Ar-Rasyid yang keempat setelah Utsman bin Affan. Beliau adalah sepupu dari nabi Muhammad Saw, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Rasulullah Saw. Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama kali masuk islam dari kalangan anak-anak. Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang sangat cerdas. Rasulullah Saw pernah berujar : Ana Madinah al-‘ilm wa ‘ali babuha (Aku adalah kota ilmu, dan ‘Ali adalah pintu gerbangnya).
Sayyidina Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang sahabat Nabi
Muhammad yang pemberani, alim, berwawasan luas, dan cerdas. Di samping itu,
Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang adil dan tidak membeda-bedakan
seseorang berdasarkan status sosialnya. Ia menganggap, semua manusia memiliki
hak dan kewajiban yang sama. Tidak peduli apakah dia seorang budak, bekas
budak, atau merdeka.
Lahir
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal
13 Rajab. Menurut ahli sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya
kenabian nabi Muhammad Saw, diperkirakan sekitar tahun 599 M/600 M. Usia Ali
terhadap nabi Muhammad Saw masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat
menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan
32 tahun. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Haydar yang berarti Singa
adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi
tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah
mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi Saw memanggil dengan
Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah Swt). Ali dilahirkan dari ibu
yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim,
sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Bersama istri beliau Khadijah, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengasuh Ali sejak kecil dan menjadikannya putra angkat.
Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi Saw karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu Nabi Saw.
Didikan langsung dari Nabi Saw kepada Ali dalam semua aspek ilmu islam baik aspek dzhahir (exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawwuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.
Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang
Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi
yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang
tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan
diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Nasab
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah. Rasulullah memberinya kun-yah Abu Turab. Ia adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah Saw.
Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab. Ali memiliki beberapa orang saudara laki-laki yang lebih tua darinya, mereka adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Dan dua orang saudara perempuan; Ummu Hani’ dan Jumanah.
Ayahnya, Abu Thalib yang nama aslinya adalah Abdu Manaf. Abu Thalib adalah paman kandung Rasulullah Saw yang sangat menyayangi Nabi, namun ia wafat dalam agama Jahiliyyah.
Setelah menikah
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan putri kesayangannya Sayyaidah
Fatimah az-Zahra R.A.
Pertempuran yang diikuti pada masa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah.
Perang Badar
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun. Perang Khandaq – Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud.
Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda:
“Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan
kemuliaan tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan
itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar.
Wafat
Ali bin Abi Thalib R.A, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij(pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Keturunan
Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra R.A dan memiliki keseluruhan 36 orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah, adalah Hasan dan Husain.
Keturunan Sayyidina Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai keturunan langsung dari Muhammad
Sumber Copy:http://nahdlatululama.id/blog/2018/01/02/ali-bin-abi-thalib-2
0 comments:
Posting Komentar
kritik saran silahkan tinggalkan, kami dengan senang hati untuk memperbaiki