Masjid saka tunggal tergolong
unik karena menggunakan satu tiang penyanggah tepat berada ditengah – tengah dalam
masjid, saka tunggal sendiri diartikan sebagai
Pilar tunggal ini yang melambangkan bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah SWT,
atau juga disebut saka guru.
Masjid saka tunggal
merupakan aset peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan, pemkab Banyumas, menambatkan
saka tunggal merupakan salah satu cagar budaya.
Mayoritas warga di Desa Cikakak adalah
penganut Islam Aboge, atau umat Islam yang menggunakan kalender Alif Rebo Wage.
Keunikan dan tradisi yang ada di Masjid Saka tunggal Cikakak
·
Zikir seperti melantunkan kidung jawa
Keunikan masjid saka tunggal Banyumas, benar benar terasa di
hari Jum’at. Selama menunggu waktu sholat jum’at dan setelah sholat jum’at,
Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bershalawat dengan nada seperti
melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini
disebut tradisi ura ura.
·
Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiyah, tapi menggunakan udeng/pengikat kepala. khutbah jumat disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung,
·
Empat muazin sekaligus
Empat orang muazim berpakaian sama dengan imam, menggunakan baju lengan panjang warna putih, menggunakan udeng bermotif batik, dan ke empat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara bersamaan.
·
Semuanya dilakukan berjama’ah
Uniknya lagi, seluruh rangkaian sholat jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari shalat tahiyatul masjid, kobliah juma’at, shalat Jumat, ba’diah jum’at, shalat zuhur, hingga ba’diah zuhur. Semuanya dilakukan secara berjamaah.
·
Tanpa Pengeras Suara
Masjid Saka Tunggal Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang dan merdu dari masjid ini.
· Ritual Ganti Jaro, Masjid Saka Tunggal
Adalah ritual mengganti pagar bambu keliling masjid saka tunggal. Ritual ini diikuti oleh seluruh warga desa Cikakak. Dalam ritual yang mereka sebut ganti Jaro Rajapine. Saat membuat pagar ada beberapa pantangan yang harus ditaati. Mereka dilarang berbicara dengan suara keras serta tidak boleh menggunakan alas kaki. Sehingga yang terdengar hanya pagar bambu yang dipukul. Karena melibatkan ratusan warga, hanya dalam waktu 2 jam pagar sepanjang 300 meter ini selesai.
· Selain bermakna kebersamaan dan gotong royong, tradisi ganti Jaro Rajab ini bagi warga di sini dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia. Pagar bambu ini selain mengelilingi Masjid Saka Tunggal juga makam Nyai Toleh. Seorang penyebar agama di Banyumas. Sejumlah utusan dari kraton Surakarta dan Ngayogjogkarta Hadiningrat ikut ambil bagian dalam acara ini dengan memanjatkan doa di makam, sebagai rasa syukur.
· Ritual ganti Jaro Rajab ini kemudian diakhiri dengan prosesi arak arakan 5 gulungan yang berisi nasi tumpeng ini kemudian diperebutkan warga karena dipercaya bisa memberikan berkah.
Sejarah Masjid Saka
tunggal Cikakak tak lepas dari sesosok Kyai Mbah Mustolih yang hidup diperkirakan
pada masa Kesultanan Mataram Kuno.
0 comments:
Posting Komentar
kritik saran silahkan tinggalkan, kami dengan senang hati untuk memperbaiki