وَيَسَۡٔلُونَكَ عَن ذِي
ٱلۡقَرۡنَيۡنِۖ قُلۡ سَأَتۡلُواْ عَلَيۡكُم مِّنۡهُ ذِكۡرًا إِنَّا مَكَّنَّا لَهُۥ
فِي ٱلۡأَرۡضِ وَءَاتَيۡنَٰهُ مِن كُلِّ شَيۡءٖ سَبَبٗا
“Mereka
akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqornain. Katakanlah: “Aku akan
bacakan kepadamu cerita tantangnya, sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk
mencapai) segala sesuatu”
(QS Al-Kahfi 83-84)
Apakah sosok Zulkarnain yang disebutkan dalam Alquran sama
dengan Alexander the Great (Alexander yang Agung) seperti kerap dipahami oleh
kalangan Barat?Menurut Ibnu Katsir
Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir, Ibnu Katsir, dalam
kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan
plot cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke
Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda. Menurut Ibnu Katsir, Zulkarnain
adalah nama gelar (julukan) bagi seorang penglima penakluk sekaligus raja
saleh, yang selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Iskandar mendapat
julukan “Zulqarnain” yang secara harfiah “Zul” berarti “memiliki” dan “Qarnain”
berarti “dua tanduk”. Maksudnya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara Timur
dan Barat.
Menurut Ibnu Katsir Żul Qarnain hidup di masa Nabi Ibrahim, 2.000 tahun sebelum masa Aleksander Agung orang Macedonia, Yunani. Ibnu Katsir juga menuliskan dalam Kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah, bahwa Nabi Khadr adalah menterinya dan pergi haji dengan berjalan kaki. Ketika nabi Ibrahim mengetahui bahwa kedatangannya, maka ia keluar dari kota Mekkah untuk menyambutnya.nabi Ibrahim juga mendoakan dan memberikan nasihat-nasihat yang baik kepadanya.
Menurut Ibnu Jarir Ath-Thabari
Menurut mufassir terkemuka Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam
kitab tafsir Ath-Thabari, dikatakan bahwa Iskandar Zulkarnain berasal dari
Romawi. Ia anak tunggal dari seorang warga yang paling miskin di antara
penduduk kota. Namun, dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan
kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan pemuda-pemuda dan
wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia. Tak mengherankan
jika kemudian Iskandar Zulkarnain muda tumbuh menjadi pemuda yang memiliki otak
pintar, memiliki mimpi dan juga berbagai ilmu pengetahuan seperti ilmu politik,
ilmu teknik dan ilmu perang.
Menurut Imam Al-Qurthubi
Dalam rangkuman Imam Al-Qurthubi di kitab tafsirnya yang
populer, tafsir Al-Qurthubi, lebih banyak menceritakan akhlak Iskandar
Zulkarnain dengan menyebutkan bahwa sejak masih kecil dan selama masa
pertumbuhannya, Iskandar memiliki akhlak yang sangat mulia. Atas segala
kesalehannya, Allah mengaruniakan kepadanya segala kelebihan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin. Saat itu, cita-citanya memimpin negeri yang kuat telah
dicapai. Allah lalu memerintahkan untuk menyeru manusia kepada agama tauhid.
Menurut Ubaid bin Umair
Menurut kisah dari Ubaid bin Umair (tokoh dari kalangan
tabi'in) bahwa Żul Qarnain adalah sepupu Khidr dari pihak ibu, bertepatan
dengan masa nabi Ibrahim dan nabi Luth. dikatakan pula bahwa Khidr menjadi
penasehat spiritualnya.
Menurut sejarawan Muslim Al-Azraqi
Sedangkan menurut sejarawan Muslim yang lain, Żul Qarnain
memiliki nama asli Abu Bakr Al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari daulah
Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M) dan kerajaannya disebut At-Tababi’ah.
Al-Azraqi menyebutkan bahwa Żulkarnain beragama Islam atas
ajakan Khalilullah Ibrahim dan melakukan tawaf di Ka’bah al-Mukarramah bersama
nabi Ismail, diriwayatkan dari Ubaid bin Umair dan anaknya Abdullah dan lainnya
bahwa Żulkarnain melakukan ibadah Haji dengan jalan kaki, tatkala nabi Ibrahim
mengetahui kehadirannya, ia menemuinya, mendoakannya dan meridhoinya. Kemudian
Allah swt. menundukkan untuknya awan yang bisa membawanya ke mana saja ia mau.
Baca juga:
Kisah Perjalanan Iskandar Zulkarnain
Ketika Zulkarnain sedang melakukan perjalanan kearah barat
ia melihat matahari terbenam di dalam laut yang memiliki lumpur berwarna hitam,
ia melihat sekelompok umat yang tidak memiliki agama, sehingga ia diperintahkan
oleh Allah swt. boleh untuk menghukum atau mengajarkan agama kepada umat ini.
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Żul
Qarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya."
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka bumi), maka diapun
menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari,
dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia
mendapati di situ segolongan umat.
Kami berkata: "Hai Żul Qarnain, kamu boleh menghukum
atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. Berkata Żul Qarnain: "Adapun
orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan
kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada
taranya." Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya
pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya
(perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami." (Al-Kahfi 18:83-88)
Menemukan umat teramat miskin
Pada perjalanan berikutnya kearah timur, Żul Qarnain
menemukan umat lain yang sangat teramat miskin. Saking miskinnya mereka tidak bisa
melindungi diri mereka sendiri dengan tempat untuk berteduh dari sinar
matahari.
Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia
telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari
itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu
yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah dan sesungguhnya
ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. (Al-Kahfi 18:89-91)
Membangun tembok besi setinggi gunung
Kemudian Żulkarnain melakukan perjalanan kembali hingga ia
sampai didaerah pegunungan. Di antara dua gunung ia menemukan suatu kaum yang
tidak ia mengerti bahasanya. Umat tersebut meminta tolong kepada Żulkarnain
untuk membuat pembatas untuk menghalau dua kelompok umat perusak, yaitu Ya'juj
dan Ma'juj. mereka juga menjanjikan akan memberikan bayaran kepada Żulkarnain,
jika telah selesai pembuatan dinding pembatas tersebut. Akan tetapi Żulkarnain
menolak diberikan bayaran oleh mereka, pada akhirnya Żulkarnain memberikan
syarat kepada mereka untuk membantu Żulkarnain dan pasukannya dalam membangun
dinding pembatas tersebut.
Dikisahkan Żulkarnain berhasil membangun dinding berupa
potongan-potongan besi yang disusun sama rata dengan kedua gunung, kemudian
dituangkan tembaga panas ditumpukkan besi tersebut. Kemudian ia pun mengatakan
kepada kedua umat itu, bahwa kaum perusak itu tidak akan bisa mendaki atau
melubanginya, sampai waktu yang dijanjikan oleh Allah akan berlubang dan
runtuh, kemudian Ya'juj dan Ma'juj akan keluar dari celah tersebut seperti air bah.
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga
apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan
kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
Mereka berkata: "Hai Żul Qarnain, sesungguhnya Ya'juj
dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah
kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara
kami dan mereka?"
Żul Qarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh
Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan
kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan
mereka, berilah aku potongan-potongan besi."
Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua
(puncak) gunung itu, berkatalah Żul Qarnain: "Tiuplah (api itu)."
Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata:
"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi
panas itu. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula)
melobanginya."
Żul Qarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari
Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur
luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar."
“ Namun tidak
diketahui secara persis di daerah mana keberadaan dinding tersebut. Hanya ada
beberapa riwayat yang menyebutkan tentang masalah ini, tetapi riwayat tersebut
terdapat kelemahan dalam sanadnya. Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu juga
menyebutkan sebuah kisah tentang Khalifah Al-Watsiq yang mengirim sebagian
utusannya untuk meneliti dinding tersebut, tetapi ia menyebutkan riwayat ini
tanpa sanad “
0 comments:
Posting Komentar
kritik saran silahkan tinggalkan, kami dengan senang hati untuk memperbaiki